Senin, 05 Agustus 2013

Perut Buncit


Menurut Dr. Shigeo haruyama dalam bukunya the miracle of endorphin dan dari beberapa sumber lainnya bahwa perut yang buncit merupakan indikasi dari :
- penimbunan lemak
- berkurangnya massa otot
- sistem pencernaan & peredaran darah yang memburuk
- jumlah sel otak yang mati
- tingkat penuaan
- resiko penyakit kronis (degeneratif)
- tingkat stres seseorang

Lho kok begitu..?
Saya akan coba menjelaskan kronologisnya supaya mudah memahaminya.
Pertanyaan tersebut harus diawali dengan pertanyaan kebanyakan orang gemuk atau buncit yaitu :
Mengapa orang gemuk lebih mudah lapar..?
Tubuh gemuk atau tubuh dengan kadar lemak tinggi (diatas 20%) membakar karbohidrat atau gula saat sedang istirahat.
Tubuh gemuk memiliki kadar stress lebih tinggi. Dalam kondisi tubuh yang stress, tubuh akan menguras cadangan karbohidrat. Selain itu, tubuh gemuk (kadar lemak tinggi) memiliki prioritas membakar karbohidrat, sehingga cepat kehabisan cadangan karbohidrat. Akibatnya, tubuh akan meminta asupan karbohidrat kembali dalam bentuk nafsu makan yang besar dan sulit dikendalikan.
Beberapa penemuan menunjukkan bahwa tubuh gemuk memiliki kadar amilase (enzim pencerna karbohidrat) yang lebih banyak. (karbohidrat atau gula adalah zat yang dipakai tubuh untuk dapat beraktifitas. Kurang karbohidrat membuat tubuh jadi lemas).
Saat tubuh mengalami stres, tubuh memproduksi hormon steroid yang bernama kortisol. Kortisol adalah hormon stres yang membakar otot secepat wajan panas mencairkan mentega. Keberadaan kortisol mengacam keberadaan otot. Dengan menyusutnya otot, maka metabolisme tubuh (pembakaran kalori) akan menjadi lebih lambat.
Hormon kortisol juga meningkatkan kemampuan memperbesar sel-sel lemak dalam perut. Jadi ukuran kadar lemak diperut adalah indikasi utama tubuh senantiasa dalam keadaan stres.
Disamping itu penelitian ilmiah juga menunjukkan orang yang stres mengonsumsi kalori hingga 30% lebih banyak daripada orang yang tidak stres.
Komposisi lemak yang tinggi menandakan komposisi otot yang rendah, sehingga metabolisme (pemakaran energi) juga menjadi lebih rendah. Metabolisme tubuh yang rendah mengalami tantangan besar yaitu nafsu makan yang besar tetapi kebutuhan energi lebih rendah karena kurang gerak lagi stres, akibatnya tubuh semakin mudah menumpuk lemak atau bertambah gemuk dan buncit.
Orang yang kurus belum tentu kadar lemaknya sedikit, survey membuktikan bahwa banyak orang kurus tapi kadar lemaknya tinggi dan memiliki perut yang buncit.
Fenomena orang sekarang lebih senang makan yang dimasak dengan cara digoreng. Makanan yang digoreng meningkatkan kalori makanan tersebut hingga 2 bahkan 3 kali lipat,  padahal gaya hidup orang sekarang mayoritas adalah orang yang kurang gerak, akibatnya kalori yang tidak terpakai disimpan oleh organ hati dalam bentuk lemak.
Semakin tinggi kadar lemak tubuh seseorang berarti semakin banyak cadangan energi yang harus dibakar.
Lemak adalah wujud penumpukan energi dari makanan yang tidak terpakai. Semakin banyak lemak yang tersimpan dalam tubuh seseorang, berarti orang tersebut memiliki tumpukan energi tidak terpakai yang semakin banyak pula.
Kadar lemak tubuh yang ideal adalah berkisar lebih kurang antara 10% – 20%.
Lemak yang berlebih dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan penyakit degeneratif seperti darah tinggi, jantung, stroke, diabetes & kanker.
Berbagai cara sudah dicoba untuk “mengempiskan” si perut gendut, tapi belum juga ada hasilnya. Hmm, bisa jadi anda belum mengetahui tentang mitos-fakta tentang penumpukan lemak di bagian perut ini.

yuk, kita simak penjelasan dari Dr. Michael triangto, spko dan Dr. Diani aDrina, spgk, sebagaimana dilansir tabloid mom & kiddie.

1. Keturunan/genetik
 
mitos: orangtua atau kakek/nenek yang memiliki perut buncit atau gemuk cenderung akan menurunkan anak yang bertubuh gemuk juga.
 
Fakta: memang benar, pada beberapa etnis tertentu mempunyai kecenderungan memiliki perut gendut atau buncit dan berbadan gemuk. Contohnya etnis india, suku mayori di new zealand, dan orang amerika yang tinggal di hawaii. Tapi hal ini dapat dicegah atau dihindari, bergantung cara berpikir masing-masing individu. Selama mereka memiliki motivasi yang benar didasari dengan pendidikan atau pengetahuan bahwa kegemukan itu berbahaya untuk kesehatan, maka mereka akan terhindar dari masalah perut buncit. Mungkin saja mereka memiliki perut buncit atau badan gemuk karena tidak tahu atau karena faktor pengabaian. Misalnya saja mereka menganggap tidak masalah gemuk. Selain itu filosofi “hidup untuk makan”, juga dapat memicu kegemukan.
 
2. Makan malam
 
mitos: makan pada malam hari akan membuat perut buncit.
 
Fakta: makan malam tidak akan membuat perut buncit selama tidak melebihi kebutuhan kalori harian dan tetap melakukan aktivitas atau latihan pada pagi harinya. Moms boleh saja makan malam selama melakukan latihan/aktivitas asal tidak berlebihan makan atau berhentilah makan sebelum kenyang.
 
3. Perubahan hormon
 
mitos: ketika menopause, perubahan hormon akan sebabkan tubuh mudah menjadi gemuk.

Fakta: memang benar. Hormon estrogen yang berkurang akan mempermudah penimbunan lemak. Tapi kalau sebelum menopause moms rajin berolahraga teratur atau selalu bergerak aktif, maka perut tidak akan menjadi buncit.
 
4. Pertambahan usia
 
mitos: semakin tua umur seseorang maka lebih mudah untuk menjadi gemuk, terutama di bagian perut.
 
Fakta: seiring bertambahnya umur, fungsi fisiologis dan anatomis tubuh berkurang. Otot yang tadinya kencang mulai mengendur, hormon-hormon berkurang sehingga terjadi penumpukan lemak. Di samping itu, secara psikologis semakin berumur manusia akan lebih menikmati hidup, ditambah lagi anak-anak sudah besar, sukses, dan berlimpah materi sehingga pola makan juga lebih bebas. Dulunya semua dikerjakan sendiri, sekarang ada asisten yang membantu sehingga aktivitas fisik berkurang. Maka terjadilah perut gendut.
 
5. Stres
 
mitos: stres dapat membuat perut menjadi buncit dan gemuk.
 
Fakta: relatif. Ada orang yang banyak makan dan ada yang tidak bisa makan saat stres. Perut menjadi buncit atau tidak bergantung cara ia memanage stres dan pola pikir setiap individu.
 
6. Alkohol
 
mitos: banyak mengonsumsi alkohol akan membuat perut menjadi buncit.

Fakta
: benar. Alkohol memang dapat membuat orang rileks dan tenang. Alkohol merupakan bagian dari karbohidrat, akan mudah diserap dan masuk ke liver/hati dan menginfiltrasi sel otot sehingga sel otot menjadi kendor, dan akan sulit dikencangkan. Perut yang membuncit karena terlalu banyak minum bir/alkohol ini, biasanya akan mengalami kerusakan liver atau otot yang mengendur.
 
7. Korset
 
mitos: memakai korset dapat mengecilkan perut.
 
Fakta: sebenarnya dalam jangka waktu pendek korset memang menekan perut. Ketika korset menekan perut, maka tidak ada keinginan untuk makan sehingga perut terlihat kempis/sedikit rata. Tapi hanya sebentar dan tidak menyelesaikan masalah, karena yang seharusnya dikencangkan adalah otot. Sedangkan untuk jangka panjang pemakaian korset juga tidak dibenarkan.
 
8. Sit up
 
mitos: olahraga sit up efektif untuk mengecilkan perut.
 
Fakta: sit up hanya merupakan salah satu bagian dari program penurunan berat badan. Sit up saja tidak cukup dan hasilnya tidak maksimal. Harus tetap ada latihan lain untuk meratakan perut seperti latihan back up, kardio, jalan sehat, mengatur pola makan dan pola pikir.
 
9. Kurang olahraga
 
mitos: perut gendut juga disebabkan karena kurang olahraga.


Fakta: benar tapi tergantung jenis olahraganya. Yang penting harus merupakan suatu program latihan yang menyeluruh dan dilakukan terus menerus.
 
10. Makanan & minuman

jenis makanan berikut ini dapat menyebabkan perut buncit. Benarkah?
 
Susu tinggi kalori
 
fakta: pada dasarnya intake kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak. Keadaan ini akan menjadi lebih buruk bilamana yang bersangkutan tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup sehingga perut dan ukuran bagian tubuh lain menjadi bertambah.
 
Air es
 
fakta: tidak benar air es membuat perut buncit. Air es akan tetap diserap dan dinetralkan tubuh. Tapi jika air es ditambahkan pemanis seperti sirup, atau pemanis lainnya dapat memberikan kelebihan asupan kalori.
 
Minuman soda
 
fakta: salah. Sebaiknya minuman soda dihindari terutama bagi yang mudah mengalami gangguan lambung karena bila berlebihan dapat menimbulkan gas di lambung sehingga membuat perut terasa kembung dan membuncit. Yang perlu diketahui bahwa membuncitnya perut hanya bersifat sementara sehingga tidak akan mengganggu ukuran perut secara permanen.
 
Makanan cepat saji/junk food
 
fakta: makanan junk food biasanya tinggi kalori dan rendah serat sehingga memudahkan terjadinya kelebihan kalori yang pada akhirnya akan menimbulkan kegemukan secara umum dan termasuk pula terjadi pembesaran di bagian perut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar