Sabtu, 06 Agustus 2016

Kelompok dan Kelembagaan Sosial



KELOMPOK SOSIAL
1.      Pengertian Kelompok Sosial
Secara sosiologis istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Dalam buku Sociology An Introduction. Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren (1984), menyatakan bahwa satu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Mayor Polak (1979) berpendapat bahwa kelompok adalah suatu group, yaitu sejumlah orang yang ada antara satu sama lain dan antar hubungan itu bersifat sebagai struktur. Sedangkan menurut Wila Huky (1982), bahwa kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi.
Menurut Soerjono Soekanto, bahwa himpunan manusia baru dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan tertentu, yaitu antara lain :
1.      Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2.      Ada hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya, dalam kelompok itu.
3.      Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
4.      Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

2.      Ciri-Ciri Kelompok Sosial
1.      Kelompok selalu terdiri dari paling sedikit dua orang dan terus dapat meningkat menjadi lebih dari itu.
2.      Terbentuknya kelompok, sebenarnya bukan karena ia telah memenuhi persyaratan jumlah. Yang pokok adalah bahwa di antara anggota ada saling interaksi dan komunikasi.
3.      Komunikasi dan interaksi yang merupakan suatu unsur utama dalam suatu kelompok harus bersifat timbal balik. Komunikasi satu arah tidak membentuk interaksi dalam kelompok.
4.      Kelompok-kelompok dapat bertahan dalam jangka panjang, tetapi juga hanya bersifat sementara atau jangka pendek.
5.      Kelompok dan ciri-ciri kehidupan kelompok dapat juga ditemui di dalam kehidupan binatang, seperti lebah, kera dan sebagainya. Perbedaan dengan kelompok manusia, yaitu di sini tidak ada kelanjutan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
6.      Adanya minat dan kepentingan bersama merupakan faktor utama pembentukan kelompok. Walaupun demikian, dapat juga pembentukan kelompok tanpa adanya persamaan minat dan kepentingan.
7.      Kelompok dapat terbentuk karena adanya situasi yang menuntut pembentukannya. Kelompok merupakan satu kesatuan dalam dirinya sendiri.
3.      Klasifikasi kelompok Sosial
a.       Kelompok di klasifikasikan berdasarkan kualitas atau tipe relasi yang ada di antara para anggota kelompok, yaitu :
·         Kelompok primer dan kelompok sekunder.
Kelompok primer ditandai oleh asosiasi-asosiasi tatap muka yang karab dan intim serta relasi-relasi yang bersifat informal.
Kelompok sekunder ditandai oleh kontak-kontak formal dan hubungan-hubungan yang tak berpribadi, seperti hubungan para petani dengan agen pertanian.
      Menurut Horton, kelompok primer bersifat relationship directed, sedangkan kelompok sekunder bersifat goal oriented.
·         Kelompok formal dan informal.
Kelompok formal ditandai oleh penjabaran tugas dan wewenang yang jelas serta peraturan-peraturan operasional lainnya yang mengikat tingkah laku para anggota. Kelompok informal ditandai oleh hubungan-hubungan yang informal atau tidak resmi, akrab dan tidak kaku seperti kelompok-kelompok persahabatan.
·         Gemeinschaft dan Gesellschaft
Horton menjelaskan bahwa gemeinschaft adalah suatu masyarakat dimana hamper semua hubungan di dalamnya bersifat tradisional atau bersifat pribadi. Dalam kelompok seperti itu, kurang dikenal sistem kontrak dan dokumen-dokumen tertulis, melainkan pola-pola tradisional yang ada dan di terima masyarakat itulah yang menjadi alat interaksi dan juga transaksi.
Gesellschaft merupakan suatu masyarakat dimana tidak ada pengikatan yang bersifat pribadi. Dalam msyarakat ini, sistem kontrak telah mengganti ciri-ciri gemeinschaft yang tradisional. Hubungan –hubungan di dasarkan pada sistem tawar-menawar dan persetujuan-persetujuan tertulis yang dirumuskan secara jelas.
b.      Klasifikasi kelompok di dasarkan pada tingkat atau klas sosial.
Kelompok horizontal digunakan untuk menggambarkan anggota-anggota yang mempunyai kesamaan status atau posisi dalam sistem tingkatan atau klas sosial.
Kelompok vertical merupakan suatu kelompok yang disusun atau yang terdiri dari anggota-anggota dengan lapisan sosial yang beraneka ragam.
c.       Klasifikasi kelompok didasarkan pada size atau ukuran. Kelompok dapat mempunyai ukuran yang beraneka ragam dari yang kecil sampai dengan yang besar.
d.      Klasifikasi kelompok didasarkan pada ‘personal feeling of belonging’. Dalam sosiologi istilah in group dipergunakan untuk melukiskan suatu kelompok yang di dalamnya setiap anggota merasa dirinya secara kuat termasuk dan terkait dalam kelompok itu serta mengidentifikasikan diri dengannya.Kelompok-kelompok lainnya yang ia rasakan sebagai yang bukan kelompoknya disebut out group.
e.       Klasifikasi kelompok didasarkan pada “compulsion of participation”. Klasifikasi ini didasarkan pada perasaan terpaksa atau tidaknya para anggota untuk berpartisipasi dalam kelompok.
f.       Reference group.
Kelompok ini sering tidak dimasukkan dalam uraian tentang klasifikasi kelompok oleh sejumlah sosiolog, karena tidak termasuk tipe dengan klasifikasi kelompok seperti di atas.
Menurut Hartley, kelompok referensi dapat dirumuskan sebagai kelompok dengan mana seseorang mengidentifikasikan diri dan menerima norma dan tujuan kelompok tersebut tanpa menjadi anggotanya.
4.      Contoh Kelompok Sosial
Berikut ini adalah contoh kelompok sosial di sekitar kita :
a.       Kelompok Sepeda Onthel Yogyakarta
b.      Komunitas Pecinta Google
c.       Fatinistic Jember (kelompok penggemar Fatin)
d.      Remaja Masjid
e.       Karang Taruna
f.       Kelompok Ronda
g.      Kelompok Pecinta Reptil
h.      Kelompok Sosial Arisan ibu-ibu dan bapak-bapak
i.        Komunitas Pecinta Alam
j.        Ibu ibu PKK
k.      Kelompok Futsal
l.        Komunitas Senam Sehat Hari Minggu
m.    Kelompok Sosial Peduli Bersama
n.      Komunitas K-popers

LEMBAGA SOSIAL
5.      Pengertian Lembaga Sosial
Para sosiolog telah berusaha merumuskan Lembaga sosial itu dengan berbagai macam cara, antara lain :
1.      Horton merumuskan Lembaga sosial sebagai suatu sistem hubungan-hubungan sosial yang mengandung nilai dan prosedur-prosedur tertentu dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dari masyarakat.
2.      Landis merumuskan Lembaga sosial sebagai struktur budaya formal yang dirancang untuk menemukan dan memenuhi kebutuhan sosial pokok.
3.      Fitcher melihatnya sebagai struktur dari pola-pola sosial yang permanen. Pola-pola ini mengandung peranan dan hubungan-hubungan manusia dengan dukungan sangsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial pokok.
4.      Robert Mac Iver dan C.H. Page mengemukakan bahwa Lembaga sosial merupakan prosedur atau tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam satu kelompok masyarakat yang disebut asosiasi.
5.      Liopold von Wiese dan Becker menjelaskan Lembaga sosial sebagai jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok sosial yang berfungsi memelihara hubungan-hubungan itu serta pola-polanya sesuai dengan minat dan kepentingan individuu dan kelompoknya.
Dari definisi di atas, ternyata bahwa Lembaga sosial yang merupakan sistem-sistem tingkah laku yang tersusun secara baik berbeda dengan organisasi atau kelompok yang terdiri dari sejumlah orang.

6.      Fungsi-Fungsi Lembaga Sosial
Lembaga sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang pokok, pada dasarnya terbentuk dari sejumlah unsur sosial dan mempunyai fungsi utama, yaitu :
1.      Lembaga sosial terbentuk dari obyek-obyek budaya materiil, pola-pola khusus tingkah laku seperangkat sikap, peranan dan harapan-harapan.
2.      Lembaga sosial mempersiapkan para anggota berperan serta secara aktif dalam peranan-peranan yang ditentukan baginya.
3.      Lembaga sosial berfungsi mewujudkan beberapa kebutuhan manusia yang pokok, seperti memperoleh pakaian, makanan, papan dan sebagainya.
4.      Lembaga sosial memberikan pedoman tingkah laku bagi para anggota dalam menghadapi masalah-masalah sosial, khususnya yang berkaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan pokok.
5.      Lembaga sosial memberikan petunjuk tentang bagaimana memberikan kontrol sosial terhadap perilaku para anggota.
6.      Lembaga sosial melalui sistem nilai dan pola tingkah laku serta sistem sangsi dan kontrol sosial menjamin kelangsungan dan keutuhan Lembaga itu sendiri.
7.      Ciri-Ciri Lembaga Sosial
Selo Soemardjan-Soelaeman dalam Setangkai Bunga Sosiologi, mengutip Gillin dalam tulisannya yang berjudul General Features of Social Institutions, mengemukakan beberapa ciri Lembaga sosial, sebagai berikut :
1.      Lembaga sosial merupakan suatu organisasi dari pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas sosial dan hasil-hasilnya. Lembaga sosial terdiri dari adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung tergabung dalam suatu unit yang fungsional.
2.      Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri-ciri semua Lembaga. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan baru akan menjadi bagian Lembaga setelah melewati waktu yang relative lama.
3.      Lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuan-tujuan itu tidak sejalan dengan fungsi yang seharusnya dari suatu Lembaga, apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan.
4.      Lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuannya, seperti misalnya bangunan, peralatan dan mesin-mesin.
5.      Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri yang khas dari Lembaga sosial, lambing-lambang itu secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi Lembaga yang bersangkutan.
6.      Suatu Lembaga sosial memiliki suatu tradisi yang tertulis ataupun tidak tertulis, yang merumuskan tujuan, tata tertib dan lain-lain.
8.      Tipe Lembaga Sosial
Tipe Lembaga sosial dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Klasifikasi menurut Gillin adalah sebagai berikut :
1.      Crescive institution dan enacted institution yang merupakan klasifikasi dari sudut pengembangannya. Crescive institutions merupakan Lembaga yang secara tak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Enacted institutions dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya Lembaga hutang piutang, perdagangan dan pendidikan yang semuanya berakar pada kebiasaan dalam masyarakat.
2.      Menurut sistem nilai yang diterima masyarakat, maka Lembaga dibagi atas Basic Institutions dan Subsidiary Institutions.
Basic institutions dianggap sebagai Lembaga sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, misalnya keluarga, sekolah, negara dan sebagainya.
Sebaliknya, subsidiary institutions adalah yang dianggap kurang penting, misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi.
3.      Dari sudut penerimaan masyarakat, Lembaga dapat dibedakan atas Approved atau Social Sanctioned Institutions dengan Unsanctioned Institutions.
Approved atau social sanctioned institutions adalah Lembaga-Lembaga yang diterima masyarakat, seperti sekolah, perusahaan dagang dan sebagainya.
Unsanctioned institutions adalah yang ditolak oleh masyarakat, walaupun kadang-kadang tidak berhasil untuk memberantasnya, seperti kelompok penjahat, pemeras dan sebagainya.
4.      Perbedaan antara general institutions dengan restricted institutions didasarkan pada faktor penyebarannya. Misalnya, agama merupakan suatu general institutions oleh karena itu ia dikenal oleh hampir semua masyarakat dunia, sedangkan agama islam, protestan, katolik dan sebagainya merupakan restricted institutions, karena ia dianut oleh masyarakat tertentu saja di dunia ini.
5.      Dari sudut fungsinya terdapat perbedaan antara operative institutions dan regulative institutions. Yang pertama berfungsi sebagai Lembaga yang menghimpun pola serta tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan Lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya Lembaga industrialisasi. Yang kedua bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari Lembaga itu sendiri. Contoh adalah Lembaga-Lembaga hukum seperti kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.
9.      Contoh Lembaga Kesehatan
Salah satu contoh Lembaga Sosial di bidang Kesehatan Masyarakat adalah Lembaga Kesehatan Masyarakat Indonesia yang kemudian disingkat dengan nama"LAKSMI"didirikan pada Tanggal 2 Desember 2004 di Aceh – Indonesia. LAKSMI merupakan organisasinon-pemerintah dan non-profit yang bergerak dibidang Sosial/Kemanusiaan.
Pada awal tahun pendiriannya, LAKSMI hanya memfokuskan kegiatannya pada bidang penelitian kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan dan Pengobatan. Kegiatan non-kesehatan hanya terbatas kepada pembentukan forum-forum dimasyarakat. Forum dibentuk hanya sebagai perpanjangan tangan LAKSMI dimasyarakat dan penguatan kapasitas masyarakat sipil dalam rangka penyelesain masalah.
Hal ini terkait pada situasi saat itu dimana Provinsi Aceh masih mengalami konflik bersenjata yang berkepanjangan mengakibatkan tidak maksimalnya pelaksanaan pelayanan kesehatan dan non-kesehatan untuk masyarakat khususnya dipedesaan.
Seiring dengan perjalanan waktu dan berakhirnya konflik bersenjata di Aceh maka, LAKSMI berupaya melakukan pengembangan baik ditingkat internal maupun eksternal. Didalam pengembangannya, LAKSMI mengadopsi undang-undang RI No.11 tahun 2005, tentang international covenant on economic, social and cultural rights ( Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya) dan Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992 tentang batasan kesehatan yang mencakup 4 aspek, yaitu: Kesehatan fisik ( badan ), Mental ( jiwa ), Sosial, dan Ekonomi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Sistematika, Teori dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara
Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. 1987. Soiologi Edisi ke 6. Jakarta : Penerbit Erlangga
Huky, Wila D.A. 1985. Pengantar Sosiologi. Surabaya : Usaha Nasional Surabaya-Indonesia
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi ke 2. Jakarta ; Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar