Sabtu, 06 Agustus 2016

Penanganan Pangan Dengan Pengeringan



 1. Metode Dan Jenis Pengolahan Pangan dengan Pengeringan
Pengeringan adalah sebuah proses dimana kelembaban dari sebuah produk makanan dikurangi agar rasa,dan bentuk tetap terjaga dengan meningkatnya kemampuan untuk disimpan lebih lama dan juga kemudahan pengangkutanya.
Tujuan dari pengeringan anatara lain :
1.      Untuk mengurangi resiko kerusakan karena kegiatan mikroba.Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhannya.Bila kadar air bahan berkurang,maka aktifitas mikroba akan dihambat atau dimatikan.
2.      Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan.Umumnya bahan pangan mengandung air dalam jumlah yang tinggi,maka hilangkan air akan sangat mengurangi berat dan volume bahan tersebut.
3.      Untuk mendapatkan produk yang lebih sesuai dengan penggunaannya.
4.      Untuk mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung di dalam makanan.Misal mineral,vitamin,dll
Keuntungan dari pengeringan antara lain :
1.      Bahan lebih awet.
2.      .Volume dan berat berkurang sehingga biaya lebih rendah untuk pengemasan,pengangkutan,dan penyimpanan.
3.      Kemudahan dalam penyajian.
4.      Penganekaragaman pangan,misalnya makanan ringan/camilan
Kerugian dari pengeringan antara lain :
1.      Sifat asal dari bahan yang dikeringkan akan berubah,misal bentuknya,sifat fisik dan kimianya,penurunan mutu,dll
2.      Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai kembali (rehidrasi) sebelum digunakan.
Produk makanan yang sangat membutuhkan proses lanjut seperti pengeringan ini adalah anatara lain produk makanan bentuk bubuk seperti susu bubuk dan tepung roti.Contoh lain adalah prosciutto, bresaola, dan beef jerky yang merupakan daging yang dikeringkan. Buah yang biasa dikeringkan misalnya plum, anggur (menjadi kismis), tin, dan kurma, yang kesemuanya dapat dimakan dalam kondisi kering atau direhidrasi kembali. Namun buah yang direhidrasi kondisinya tidak akan sama dengan buah segar, dan buah kering akan kehilangan berbagai nutrisi. Sayuran seperti bawang putih, bawang merah, bawang bombay, cabai, jamur, dan ganja dikeringkan untuk tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan kadar rasa dan umbi-umbian seperti singkong dan ubi jalar.Makanan yang dikeringkan umum terdapat di dalam tas para penjelajah, personil militer, jagawana, dan profesi lainnya.

A.    Konsep dasar sistem pengeringan
Proses pengeringan merupakan proses perpindahan dari sebuah benda sehingga kandungan air pada permukaan benda sehingga kadungan air pada permukaan benda berkurang.Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan temperatur yang signifikan antara dua permukaan.
Perbedaan temperatur ini ditimbulkan adanya aliran udara panas  diatas permukaan benda yang akan dikeringkan yang mempunyai temperatur yang lebih dingin.Proses pengeringan sebuah produk makanan membutuhkan waktu untuk mendapatkan produk kering yang diinginkan.

B.     Metode Pengeringan :
A.  Alami (Penjemuran),yaitu dengan menggunakan panas alami dari sinar matahari caranya seperti dijemur (sun drying) atau diangin-anginkan.Teknik pengeringan ini merupakan jenis pengeringan tertua dan hingga saat ini termasuk cara pengeringan yang populer di kalangan petani terutama daerah tropis.

B. Buatan (artifical drying), yaitu dengan menggunakan panas selain sinar matahari,dilakukan dengan suatu alat pengering.
B.1 Drum Drier
Model pengering ini menggunakan proses konduksi untuk menguapkan air dari produk yang akan dikeringkan.Model ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu  :
1.Tangki
Fungsinya sebagai tempat produk yang akan dikeringkan.Produk yang akan dikeringkan ditampung dan dikumpulkan di tempat ini.Bentuk tangki dibuat sedemikian rupa agar semua produk dapat dikeringkan dengan sempurna.
2.Drum
Fungsinya sebagai alat pengering dimana ditempatkan uap panas ke dalam drum MI.Drum mempunyai konstruksi sedemikian rupa sehingga dapat dimasukkan uap panas ke dalamnya.Saat drum berputar maka proses pengeringan yang dilakukan pada drum ini merupakan proses pengeringan lapis batas dimana produk akan bersinggungan dengan permukaan panas dan menempel pada drum sehingga dapat terangkut mengikuti putaran drum.Selama pengangkutan ini kandungan dalam air dalam produk akan menguap sehingga saat drum berputar menyelesaikan siklus putarnya produk telah mencapai kadar air yang diinginkan.Putaran drum dan panas uap yang dimasukkan diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan produk denga kadar airyang diinginkan.
3.Pisau Skrap
Fungsinya memisahkan produk yang telah kering.Produk yang diinginkan dan masih menempel di drum dipisahkan dan ditampung ke dalam tangki keluaran.Proses pemisahan ini dilakukan dengan sebuah pisau skrap yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memisahkan produk dari drum dengan sempurna. Aliran massa pada sistem Drum Drier dapat dianalisis untuk mendapatkan besarnya total energi yang digunakan.Pemasukan material ke sistem dapat dianggap sebagai pemasukan dua jenis aliran massa,yaitu aliran masa produk dan aliran masa air.Saat berada pada kedua aliran terpisah dan kemudian keluar ke lingkungannya dengan cara berbeda sesuai dengan sifat zatnya.
B.2 Sistem Pengering Konveksi
Sistem pengering konveksi menggunakan aliran udara panas untuk mengering produk.Proses pengeringan terjadi saat aliran udara panas ini bersinggungan langsung dengan permukaan produk yang akan dikeringkan.Model pengering yang menggunakan sistem pengering ini adalah :


B.2.1 Tray Drier
Pada model ini produk ditempatkan pada setiap rak yang tersusun sedemikian rupa agar dapat dikeringkan dengan sempurna.Udara panas sebagai fluida kerja bagi model ini diperoleh dari pembakaran bahan bakar,panas matahari,atau listrik.Kelembaban relatif udara yang mana sebagai faktor pembatas kemampuan udara meguapkan air dari produk,diperhatikn dengan mengatur pemasukan dan pengeluaran udara ke dan dari alat pengering ini melalui sebuah alat pengalir.
B.2.2 Tunnel  Drier
Konstruksi model pengering model ini hampir sama dengan Tray Drier.Perbedaannya mendasar terletak pada penempatan produk yang akan dikeringkan.Pada model ini produk yang akan dikeringkan ditempatkan pada sebuah rak yang tersusun sedemikian rupa dan susunan rak ini ditempatkan diatas sebush kereta dorong sehingga mempermudah pemasukan dan pengeluarannya.Proses pemasukan dan pengeluaran udara panas hampur sama dengan Tray Drier tetapi lebih sedikit berbeda dalam hal pengaturan udara dalam sistem.Pada model ini aliran udara dapat diatur sehingga mempunyai aliran dalam arah yang sama (aliran paralel),aliran lawan arah (aliran counter) atau aliran silang (aliran cross) dengan letak susunan kereta.
B.2.3 Belt Drier
Model pengering ini menggunakan penghantar sabuk yang bergerak secara kontinu membawa produk yang akan dikeringkan.Kontruksi sabuk yang dibuat berlubang pada sisi-sisinya agar aliran udara panas yang begerak menyilang paralel atau counter dapat mencapai semua permukaan produk sehingga kering dengan sempurna. Untuk proses pengeringan konveksi ini,besar energi yang dibutuhkan dapat dihitung bila semua komponen dari aliran massa yang masuk dan keluar sistem dapat diketahui. Untuk sistem ini kerugian panas yang mencapai 20% dari total energi yang digunakan dianggap sebagai kerugian yang signifikan dan menurunkan efisiensi sistem.Memanfaatkan uadara buang untuk digunakan kembali sehingga fluida kerja dapat menurunkan ongkos operasional,tetapi akan menaikkan kelembaban dalam sistem sehingga laju penguapan akan turun dan proses pengeringan tidak sempurna.Perhitungan yang akurat dan teknik yang tepat dibutuhkan untuk mendapatkan proses pengeringan yang sempurna dengan biaya operasional yang tidak tinggi

C.                Pengeringan secara pembekuan (freeze drying), yaitu dengan menerapkan prinsip tekanan dan suhu.Metode ini membutuhkan tekanan yang sangat rendah dengan suhu yang sangat rendah.Untuk mnurunkan tekanan maka bahan dimasukkan ke dalam ruang vakum sebelum dimasukkan ke dalam freezer untuk  menurunkan suhu.Hasil pengeringan dengan metoe ini sangat menarik,karena citarasa bahan pangan tidak berubah sama sekali hanya berubah teksturnya menjadi lebih renyah.

2.      Lama Waktu yang Dibutuhkan dalam Pengolahan Pangan dengan Pengeringan
Berdasarkan metodepengeringan :
1. Pengeringan alami, yaitu pengeringan menggunakan panas alami dari sinar matahari (sun drying), penggunaan sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempat yang udaranya kering dan suhunya lebih dari 1000F. Pengeringan dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik, setelah pengeringan, panaskan bahan di oven dengan suhu 1750F selama 10-15 menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya. Ataupun pengeringan dengan udara (air drying), pada pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantung bahan di tempat udara kering berhembus. Misalnya di beranda atau di daun jendela. Bahan yang biasa dikeringkan dengan metode ini adalah kacang-kacangan.
2. Pengeringan buatan, yaitu menggunakan panas selain sinar matahari,misalnya menggunakan alat dehydrator (makanan akan kering dalam jangka waktu 6-10 jam), atau menggunakan oven (waktu yang diperlukan sekitar 5-12 jam, dan temperatur oven harus diatas 1400F.

3. Status Gizi Setelah Dilakukan Pengeringan
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya
(Cakrawati & Mustika, 2012). Menurut Almatsier (2003) status gizi merupakan
suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan
yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih.
Status gizi dan kesehatan merupakan salah satu faktor dari tiga faktor utama yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), selain pendidikan dan pendapatan. Apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan gizi tubuh maka dapat menimbulkan masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi buruk. Gizi kurang terjadi apabila asupan gizi lebih rendah dari yang dibutuhkan tubuh, sedangkan gizi buruk terjadi apabila asupan gizi sangat rendah.
Air merupakan suatu kebutuhan yang tak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi. Air meliputi 70% dari permukaan bumi, tetapi di banyak negara persediaan air terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas. Bukan hanya jumlahnya yang penting, tetapi juga mutu air diperlukan untuk pengguanaan tertentu, seperti air yang cocok untuk kegunaan industri atau untuk diminum.
Menurut Winarno, kandungan air dalam bahan pangan ikut menentukan penerimaan, kesegaran dan daya tahan pangan tersebut. Kadar abu merupakan unsur mineral sebagai sisa yang tertinggal setelah bahan dibakar sampai bebas unsur karbon. Kadar abu juga dapat diartikan sebagai komponen yang tidak mudah menguap, tetap tinggal dalam pembakaran dan pemijaran senyawa organik. Kandungan abu dari suatu bahan pangan menunjukkan residu bahan anorganik yang tersisa setelah bahan organik dalam makanan didekstruksi. Kadar abu tidak selalu ekivalen dengan bahan mineral, karena ada beberapa mineral hilang selama volatilisasi atau interaksi antara konstituen.
Kandungan abu yang tinggi dalam bahan pangan, dalam beberapa hal dapat memberi petunjuk kemungkinan adanya pemalsuan. Kandungan abu dalam bahan pangan dapat dikelompokkan ke dalam abu yang larut air dan asam dan abu tak larut air / asam. Kandungan abu tak larut asam tinggi dalam bahan pangan merupakan ukuran dari banyaknya pasir dan silika yang ada dalam bahan pangan.
Lemak memiliki efek shortening pada makanan yang dipanggang. Lemak nantinya akan memecah struktur kemudian melapisi pati dan gluten. Lemak dapat memperbaiki struktur fisik seperti pengembangan, kelembutan, tekstur, dan aroma.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo, bahwa pada adonan ini gluten mengembang penuh karena air yang ditambahkan memungkinkan terjadi pengembangan yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk akhir, penyusutan panjang setelah pencetakan dan pemanggangan. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Di samping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagai koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui proses fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari carbon dioksida berasal dari udara dan air dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa. Disamping dihasilkan oksigen yang lepas di udara. Pengaruh penguapan air terhadap perubahan zat gizi dalam proses pengeringan relative kecil kalau suhu pengeringannya sedang dan bahan makanan dikemas cukup baik.
Berikut adalah pengaruh proses pengeringan terhadap zat gizi makanan
1.      Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu sifat kimia dari bahan yang menunjukkan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan pangan. Semakin tinggi suhu dan lamanya waktu pengeringan yang diberikan, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kecepatan perpindahan air. Menurut Winarno (1995), semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat terjadi penguapan, sehingga kandungan air di dalam bahan semakin rendah. Sejalan dengan pendapat Taib et al. (1997) dalam Fitriani (2008), bahwa kemampuan bahan untuk melepaskan air dari permukaannya akan semakin besar dengan meningkatnya suhu udara pengering yang digunakan dan makin lamanya proses pengeringan, sehingga kadar air yang dihasilkan semakin rendah.Rachmawan (2001), mengungkapkan bahwa semakin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering, makin besar energi panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka makin cepat massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfer.
Menurut Sitkey (1986) dalam Agus (2012), suhu bahan selama proses pengeringan tidak hanya dipengaruhi oleh kadar air awal dan kadar air akhir bahan namun suhu udara pengering akan sangat mempengaruhi suhu bahan. Ketika suhu pengering lebih rendah maka akan memperlambat proses pengeringan. Menurut Winarno (1995), pada awal pengeringan, kecepatan jumlah air yang hilang per satuan waktu tetap, kemudian akan terjadi penurunan kecepatan penghilangan air per satuan waktu. Hal ini berhubungan dengan jenis air yang mengalami kejenuhan.
2.      Kadar Abu
Kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Menurut Winarno (1995), sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Peningkatan kadar abu karena suhu dan waktu yang digunakan juga semakin meningkat yang berbanding terbalik dengan kadar air yang semakin menurun. Asrawaty (2011), peningkatan kadar abu ini terjadi karena semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan maka akan semakin banyak air yang teruapkan dari bahan yang dikeringkan. Sesuai dengan pernyataan Sudarmadji et al. (1997), bahwa kadar abu tergantung pada jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan saat pengeringan. Jika bahan yang diolah melalui proses pengeringan maka lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan akan meningkatkan kadar abu karena air yang keluar dari dalam bahan semakin besar.
3.      Kadar Protein
Adawyah (2007), kadar air yang mengalami penurunan akan mengakibatkan kandungan protein didalam bahan mengalami peningkatan. Penggunaan panas dalam pengolahan bahan pangan dapat menurunkan persentase kadar air yang mengakibatkan persentase kadar protein meningkat. Semakin kering suatu bahan maka semakin tinggi kadar proteinnya. Dengan mengurangi kadar air, bahan pangan akan mengandung senyawa-senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi, tetapi vitamin-vitamin dan zat warna pada umumnya akan berkurang (Hutuely et al. 1991 dalam Sani 2001).
Kadar protein yang meningkat ini juga karena adanya penurunan dari nilai kadar air seiring dengan semakin tinggi suhu dan lama waktu yang digunakan selama proses pengeringan. Penelitian Paggara (2008), menyatakan semakin lama waktu pengeringan maka kadar air yang terdapat didalamnya juga akan semakin berkurang, hal ini juga yang menjadi faktor pendukung sehingga kandungan protein yang ada disetiap perlakuan berbeda, karena semakin lama waktu pengeringan akan meningkatkan kadar protein di dalam bahan sedangkan kandungan airnya akan semakin berkurang.
4.      Kadar Lemak
Lemak sebagai bahan atau sumber pembentuk energi di dalam tubuh. Tersedianya lemak di dalam tubuh ternyata banyak kemanfaatannya, salah satunya sebagai penghemat protein, dalam hal ini kalau tersedianya energi dalam tubuh telah tercukupi oleh lemak dan karbohidrat, maka pemanfaatan protein untuk penimbul energi dapat dikurangi atau tidak diperlukan (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003). Hal ini karena semakin lama waktu dan semakin tingginya suhu yang digunakan pada proses pengeringan akan semakin menyebabkan peningkatan kadar lemak dan berbanding terbalik dengan nilai kadar air yang semakin menunjukkan penurunan seiring dengan semakin tinggi suhu dan waktu yang digunakan selama proses pengeringan. Sejalan dengan penelitian Yuniarti (2007), yang menyatakan bahwa dengan lamanya waktu dan tinggi suhu yang digunakan pada proses pengeringan akan menyebabkan kandungan lemak yang ada pada bahan juga semakin meningkat dan kandungan air yang semakin menurun.
Penelitian Zuhra et al. (2012), menyatakan bahwa meningkatnya kadar lemak dengan suhu pengeringan yang tinggi dapat disebabkan oleh penurunan kadar air sehingga persentase kadar lemak meningkat. Sedangkan kadar lemak yang tinggi dapat terjadi sebagai akibat dari rusaknya lemak akibat temperatur pengeringan yang relatif tinggi. Lemak merupakan suatu senyawa yang terbentuk sebagai hasil dari reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam lemak. Pemberian panas yang tinggi pada lemak akan mengakibatkan terputusnya ikatan-ikatan rangkap pada lemak, sehingga lemak tersebut akan terdekomposisi menjadi gliserol dan asam lemak.
5.      Kadar Karbohidrat
Menurut Suharjo dan Kusharto (1987), menyatakan bahwa di dalam tubuh zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
Menurut Muchtadi dan Ayustaningwarno (2010), mengemukakan bahwa dengan mengurangi kadar airnya, bahan pangan akan mengandung senyawa-senyawa seperti karbohidrat, protein dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi, akan tetapi vitamin-vitamin dan zat warna pada umumnya menjadi rusak atau berkurang.

4.Pengaruh Pengeringan Terhadap Sifat Bahan Pangan
Makanan yang dikeringkan mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan segarnya . Selama pengeringan juga dapat terjadi perubahan warna ,tekstur , aroma dan lain-lainnya , meskipun perubahan-perubahan tersebut dapat dibatasi seminimal mungkin dengan jalan memberikan perlakuan pendahuluan terhadap bahan pangan yang akan dikeringkan .
Dengan mengurangi kadar airnya ,bahan pangan akan mengandung senyawa-senyawa seperti protein ,karbohidrat , lemak dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi , akan tetapi vitamin-vitamin dan zat warna pada umumnya menjadi rusak atau berkurang .
Pada umumnya bahan pangan yang dikeringkan berubah warnanya menjadi coklat. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh reaksi-reaksi “browning” non-enzimatik yang paling sering terjadi adalah reaksi antara asam organic dengan gula pereduksi ,dan antara asam-asam amino dengan gula pereduksi. Reaksi antara asam-asam amino dengan gula pereduksi dapat menurunkan nilai gizi protein yang terkandung di dalamnya .
Jika proses pengeringan dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi , maka hal ini dapat mengakibatkan terjadinya “case hardening” yaitu suatu keadaan dimana bagian luar (permukaan) dari bahan sudah kering sedangkan bagian bagian sebelah dalamnya masih basah . Hal ini disebabkan karena suhu pengeringan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan bagian permukaan cepat mengering dan menjadi keras, sehingga akan menghambat penguapan selanjutnya dari air yang terdapat di bagian dalam bahan tersebut . “Case hardening” juga dapat disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan kimia tertentu, misalnya terjadinya penggumpalan protein pada permukaan bahan karena adanya panas atau terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang masif (keras) pada permukaan bahan. Terjadinya “case hardening” dapat mengakibatkan proses pengeringan selanjutnya menjadi lambat atau terhambat sama sekali, mikroba terdapat di bagian dalam bahan yang masih basah dapat berkembangbiak sehingga menyebabkan kebusukan , dan jika bahan akan direhidrasi di perlukan waktu yang lebih lama . Cara mencegah “case hardening” misalnya dengan membuat suhu pengeringan tidak terlalu tinggi ,atau proses pengeringan awal tidak terlalu cepat .
Perubahan-perubahan yang terjadi pada beberapa bahan pangan selama proses pengeringan dapat dilihat pada beberapa contoh di bawahini :
·         Daging
Daging biasanya dikeringkan denga nmenambahkan campuran gula, garam serta bumbu-bumbu lainnya , dan hasilnya dikenal sebagai dendeng .Warna dendeng yang coklat sampai hitam terjadi karena reaksi antara asam amino dari protein dengan gula pereduksi , disamping disebabkan pula oleh warna gula yang digunakan . Perebusan daging sebelum pengeringan dapat membantu menginaktifkan enzim-enzim yang terdapat pada daging sehingga dapat mengurangi terjadinya reaksi “browning” enzimatik .Daging biasanya dikeringkan sampai kadar air kira-kira 25 persen
·         Biji-bijian dan Kacang-kacangan
Biji-bijian dankacang-kacangan biasanya disimpan dalam keadaan kering terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang . Aspergillus flavus yang dapat membentuk aflatoksin yang bersifat racun .Biji-bijian dan kacang-kacangan misalnya padi, jagung , kacangkedelai , kacangtanah , kacang  hijau dan lain-lainnya biasanya dikeringkan sampai kadar air 10-14 persen
·         Buah-buahan dan sayur-sayuran
Buah-buahan dan sayur-sayuran selalu mengandung asam organik ,dan juga kadar gula pereduksi yang lebih tinggi pada buah yang lebih masak . Dengan demikian kematanga nbuah-buahan untuk dikeringkan merupakan factor pentingdalam proses pengeringan .Reaksi “browning” dapat dibatasi dengan menambahkan SO2 pada buah sebelumd ikeringkan ,dan cara yang paling mudah dan murah adalah dengan mengasap buah yang sudah dikupa sdengan asap hasil pembakaran belerang . Gas SO2 selain bersifat pemucat ,juga dapat mengurangi jumlah mikroba dan menginaktifkan enzim yang dapat menyebabkan “browning” pada hasil pertanian

·         Ketela pohon
Pada pengeringan ketelapohon (pembuatangaplek) sering terjadi perubahan warna menjadi hitam .Perubahan warna tersebut kemungkinan disebabkan oleh enzim polifenolase yaitu suatu oksidase yang terdapat pada lender ketela pohon, yang karena kontak dengan udara dapat mengubah senyawa polifenol (tanin) menjadi senyawa yang berwarna hitam .Pencegahan dapat dilakukan dengan mencuci lendir yang terdapat diantara kulit dan daging ketela pohon segera setelah dikupas atau dipotong .Ketela pohon biasanya dikeringkan sampai kadar air 14-15 persen yang dikenal ebagai gaplek .
·         Kopra
Kopra adalah hasil pengeringan daging buahk elapa ,biasanya digunakan untuk membuat minyak kelapa . Kopra yang baik harus mengandung air di bawah 5 persen untuk mencegah pertumbuhan Aspergillus flavus ,karena kapang ini umunya tumbuh pada bahan yang mempunyai kadar lemakt inggi .
Di Sulawesi utara ,pengolahan kelapa menjadi kopra dilaksanakand engan system “smoke drying” dimana diperoleh hasil olahan kopra dengan kadar air 12-15% dan di istilah local kan “kopra hari-hari” . Kopra hari-hari ini dijual kepada akumulator atau pabrik minyak .Bagi para akumulator kopra hari-hari ini dikeringkan melalui penjemuran pada bak-bak pengumpul hingga mencapai kadar air 5-7% dengan istilah “kopra gudang “


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Batty , J.Clair, Steven L.Folkman, Food Engineering Fundamentals, John Wiley & Sons, New York, 1983
Barus, P. (2009) : Pemanfaatan bahan pengawet dan antioksidan alami pada industri bahan makanan, Medan, Universitas Sumatera Utara
Batty , J.Clair, Steven L.Folkman, Food Engineering Fundamentals, John Wiley & Sons, New York, 1983
Incropera, Frank P., David P. Dewwit, Fundamental of Heat and Mass Transfer,  John Wiley & Sons, Singapore, 19
ejournal.unsri.ac.id
Incropera, Frank P., David P. Dewwit, Fundamental of Heat and Mass Transfer,  John Wiley & Sons, Singapore, 1981
Grandidier, A. (1899). Guide de l’immigrant à Madagascar. Paris: A Colin et cie.
(Perancis)
Hasibun Rosdaneli, 2005. Proses Pengeringan. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Sumatra Utara
staff.uny.ac.id
repository.unhas.ac.id
Winarno , F.G , FardiazSrikandi , FardiazDedi , PengantarTeknologiPangan , PT Gramedia Jakarta , 1980



Tidak ada komentar:

Posting Komentar