1. Pengertian
Protozoa adalah
hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni (proto (J) =
pertama, zoon = hewan). Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang sanggup
melakukan semua fungsi kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel
khusus. Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis
hidup sebagai parasit pada manusia dan binatang.
2. Ciri-ciri Umum Protozoa
a)
Mikroskopis, satu sel, beberapa sel berkoloni.
b)
Bentuk tubuh bulat, oval, memanjang atau bentuk lain,
pada beberapa spesies bentuk tubuhnya tidak tentu.
c)
Bergerak dengan flagel, cilia, pseudopodia, atau dengan
seluruh tubuhnya.
d)
Memiliki nukleus satu atau lebih, tidak memiliki organ
atau jaringan.
e)
Beberapa spesies membentuk kista atau spora untuk
melindungi diri terhadap lingkungan yang ekstrem.
f)
Hidup bebas atau simbiotik.
g)
Cara pengambilan makanan terdapat beberapa cara, yaitu:
Holozik, yaitu mengambil makanaannya dari mikroorganisme lain
seperti bakteri atau ganggang (alga).
Saprofit, yaitu mengambil makanannya dari bahan-bahan hancuran
tumbuhan di sekitarnya.
Saprozoik, yaitu mengambil makanannya dari hewan-hewan yang telah
mati.
Holozik, yaitu dengan melakukan fotosintesis.
3. Morfologi dan
Lingkungan Hidup
Pada umumnya protozoa memiliki dua stadium, yaitu stadium
vegetatif atau Stadium trofozoit (trophos = makan ) dan stadium kista (cyst =
kantong) yang tidak aktif ukurannya kecil sekali, hanya beberapa mikron sampai
40 mikron. Protozoa yang terbesar adalah Balantidium
coliyang berukuran 70 mikron. Bentuk protozoa ada yang bulat, lonjong,
simetris, bilateral atau tidak teratur. Protozoa terdiri atas inti dan
sitoplasma. Inti merupakan bagian penting untuk mempertahankan hidup dan untuk
reproduksi. Dimana inti terdiri atas selaput inti (membran inti) yang meliputi
retikulum halus (serabut inti) yang akromatik, cairan inti, karioso (kariosoma,
endosoma, nukleolus) dan butir kromatin. Fungsi mukronukleus adalah untuk
reproduksi. Pada protozoa usus dapat dibedakan 4 macam inti, yaitu :
a.
Inti
entameba
b.
Inti
endolimaks
c.
Inti
iodameba
d.
Inti
dientameba
Sitoplasma terdiri atas endoplasma bagian dalam yang
lebih besar dan ektoplasma bagian luar yang tipis, vakuola makanan, makan
cadangan, benda asing, vakuola kontraktif dan benda kromatoid. Pada
mastigophora mungkin ada kinetoplas, yang terdiri atas dua bagian, benda
parabasal dan blefaroplas, yaitu tempat keluar flagel.
Ektoplasma tampak jernih dan homogen. Fungsinya sebagai
alat pergerakan, mengambil makan, ekskresi, respirasi dan bertahan diri. Alat
pergerakan adalah bagian ektoplasma yang menonjol atau memanjang, berupa
pseudopodium (kaki palsu), flagel (bulu cambuk), bulu getar (cilium) dan
membran bergelombang. Alat pergerakan digunakan untuk memperoleh makanan dan
bereaksi terhadap rangsangan fisik dan kimia.
Endoplasma yang tampak bergranula berfungsi dalam
pengaturan makanan. Dalam endoplasma terdapat inti sel yang bertugas dalam
melanjutkan reproduksi. Vakuola kontraktil dalam endoplasma berfungsi untuk
mengatur tekanan osmosis dan pembuangan sisa metabolisme.
Makan dimasukan melalui setiap tempat pada ektoplasma
atau tempat khusus. Beberapa spesies memasukan makanan melalui peristom
langsung kedalam sitostom kemudian melalui sitofaring yang berbentuk tabung
kedalam endoplasma. Cara mengambil makanan dilakukan dengan penyerapan makanan
(osmosis) atau pengambilan bahan padat melalui ektoplasma atau sitostom.
Ekskresi dilakukan dengan tekanan osmosis dan difusi.
Pada stadium protozoit terdapat selaput tipis yang tidak
memberi bentuk tetap pada golongan amoeba, tetapi memberi bentuk tetap pada
kelompok lain, misalnya ciliata dan mastigophora. Pada stadium kista terdapat
selaput yang kuat disebut dinding kista yang dibentuk oleh ektoplasma bila
keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Stadium kista diperlukan untuk
kelangsungan hidup diluar badan hospes dan sebagai pertahanan terhadap zat pencernaan
didalam saluran pencernaan, transmisi dari hospes satu ke hospes lain, stadium
infektif pada amoeba, ciliata dan flagelata intestinal yang ditularkan pada
makanan dan air minum, reproduksi (misalnya pada ameba dan flagelata). Reproduksi
pada protozoa berlangsung secara aseksual dan seksual.
a. Pembiakan aseksual
Pembiakan aseksual terdiri dari:
1. Pembalahan sel (Asexual reproduction by binary fission/
Belah Pasang) satu sel menjadi 2 sel anak, contoh Paramecium
multimicronucleatum.
2. Pembelahan bahu rangkap (Asexual reproduction by multiple
fission/Skizogoni) satu sel menjadi 4 atau lebih sel anak pada masing-masing
inti diliputi oleh protoplasma sehingga terbentuk banyak merozoit
(meros=bagian)
3. Beberapa spesies berkembangbiak pada stadium kista.
Inti membelah, sehingga waktu ekskistasi tiap kista dapat
mengeluarkan beberapa trofozoit baru.
b.
Pembiakan
seksual
Perkembangbiakan
secara seksual dapat melalui cara konjugasi, autogami, dan sitogami. Protozoa
yang mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat mempunyai beberapa cara
perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies Plasmodium dapat melakukan schizogony secara
aseksual di dalam sel inang manusia, tetapi dalam sel inang nyamuk dapat
terjadi perkembangbiakan secara seksual. Pada pembiakan seksual tampak bersatunya dua sel, yaitu syngami yang
permanen atau tidak permanen.Pada pembiakan seksual dibentuk sel kelamin, yaitu
makrogametosit dan mikrogametosit yang setelah belah reduksi menjadi makrogamet
dan mikrogamet. Setelah terjadi pembuahan terbentuk zigot yang kemudian membelah menjadi banyak dan
menjadi sporozoit. Proses ini disebut dengan sporogono.Konjugasi atau syngami
tidak permanen adalah proses peremajaan pada beberapa spesies dan proses
reproduksi pada spesies lainnya.
4. Habitat Protozoa
Protozoa
hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas
dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies
bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat
parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang
kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada
permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua
protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis
protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup
di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai,
kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang
hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa
protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit
serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan
menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.
5. Fisiologi Protozoa
Protozoa
umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup
pada lingkungan aerobik
misalnya pada saluran pencernaan manusia atau
hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim
untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer
elektron dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan
dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara
fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka
oksigen dan air
maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa
makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara
pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat
saluran penuh kemudian masuk ke dalam membran yang berikatan dengan vakuola. Vakuola kecil terbentuk,
kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola
dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara
fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok
Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk
ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola
makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman.
Lisosom
memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan,
kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke
dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan
dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk menyerang bakteri. Pada kelompok Ciliata,
ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat
digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke
dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui
sitopig yang terletak disamping sitosom.
6.
Nama Penyakit yang Disebabkan Protozoa
1.
Babesiosis
(Piroplasmosis)
adalah
suatu penyakit yang berbahaya dan mematikan, akibat infeksi sel darah merah
oleh parasit bersel satu (protozoa). Parasit penyebabnya adalah Babesia microti. Penyakit ini ditularkan
oleh tungau hewan peliharaan dan juga bintang liar, serta bisa terjadi di
seluruh dunia.
a)
Gejala
klinis
Penyakit ini meliputi demam, menggigil, nyeri otot,
lemah, dan selaput mata menjadi kuning akibat dari anemi hemolitik. Anemi
berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tetapi bisa saja penderita
lain tidak mengeluh tanpa gejala.
b)
Epidemiologi
Penyakit Babesiosis menulari hewan peliharaan dan
binatang luar di seluruh dunia. Tetapi lebih banyak terdapat di negara tropis
dan subtropis. Penyakit ini sebenarnya suatu penyakit zoonis dan manusia
tertular sebagai kecelakaan karena digigit tungau yang memerlukan darah dalam
siklus kehidupan binatang ini. Tungau secara alami hidup pada binatang
pelihraan juga binatang buas.Infeksi parasit babesia divergen banyak dilaporkan dari Yugoslavia, Irlandia,
Perancis, Inggris, Spanyol dan Rusia. Pada umumnya vektor tungau berasal dari
sapi dan penderita diketahui ketika sudah diangkat limpanya. Penularan babesia juga bisa terjadi melalui
transfusi darah atau preparat darah. Penularan melalui transfusi darah lebih
mungkin pada parasit Babesia microti,
karena infeksinya menimbulkan parasitemia yang lebih lama tanpa menimbulkan
keluhan dan gejala.
c)
Diagnosa
Perkiraan babesiosis perlu dipikirkan pada penderita
demam menggigil dan ada riwayat kemungkinan digigit tungau atau kontak dengan
tungau (misalnya merambah semak belukar). Pemeriksaan mikroskopis preparat apus
darah tipis atau tebal. Dengan pewarnaan Gram atau Wright terlihat parasit B.microti. Pada penderita dengan
paratesemia rendah, mungkin perlu pemeriksaan ulang preparat apus darah.
Gambaran parasit di dalam sel darah merah berbentuk ring mirip dengan tropozoit
parasit.
d)
Pencegahan
1)
Menghindari
kemungkinan digigit atau kontak dengan tungau hewan. Misalnya, menggunakan obat
insektisida gosok (repellent). Beberapa jam setelah digigit tungau, tejadi
penularan babesia. Seseorang yang dicurigai digigit haru segera memeriksakan bagian tubuhnya yang
digigit, untuk mengambil atau menemukan tungau tersebut.
2)
Menyaring
donor darah dari penderita babesiosis yang parasitemia rendah. Untuk
menghindari penularan melalui transfusi darah.
2.
Malaria
Penyakit
malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di
daerah tropis atau subtropis, yaitu di negara sekitar garis khatulistiwa. Di
Indonesia penyakit tersebut merupakan penyakit rakyat yang lalu ada pada
beberapa orang di suatu penyakit (penyakit yang bersifat endemis), karena
penyakit tersebut sudah lama diderita oleh banyak penduduk di daerah pantai,
daerah persawahan, perkebunan dan hutan.
a) Penyebab Penyakit Malaria
Penyakit
malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit
penyakit tersebut termasuk pada binatang bersel sat, tergolong amuba yang
disebut Plasmodium.
Plasmodium yang menyebabkan malaria ada 4 jenis, yaitu:
1)
Plasmodium
falcipanum yang menyebabkan malaria tropika, yaitu penyakit malaria dengan
tanda-tanda parah, dan menyebabkan banyak penyakit.
2)
Plasmodium
vivax, yang menyebabkan malaria tersiana, yaitu penyakit malaria yang sukar
disembuhkan dan sering kambuh.
3)
Plasmodium
malariae yang menyebabkan malaria Quartana. Di Indonesia penyakit tersebut
tidak ditemukan lagi.
4)
Plasmodium
ovale yang menyebabkan malaria Ovale
yang tidak terdapat di Indonesia.
Plasmodium
tersebut hidup dalam darah manusia dan merusak sel-sel darah merah. Dalam darah
manusia, plasmodium berkembangbiak secara membelah diri, hidup di dalam tubuh
nyamuk Anopheles. Di dalm tubuh nyamuk, plasmodium malaria juga dapat berkembangbiak.
b) Penularan dan Penyebaran Penyakit Malaria
Penularan
penyakit Malaria dari orang yang sakit kepada orang yang sehat, sebagian besar
melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat
terhisap oleh nyamuk, berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dan ditularkan lagi
kepada orang yang sehat melalui gigitan nyamuk tersebut. Penularan cara lain
misalnya melalui transfusi darah (yaitu pemindahan darah kepada orang yang
kekurangan darah). Namun penularan, cara ini sangat kecil kemungkinannya.
Nyamuk penyebar penyakit malaria adalah nyamuk jenis Anopheles atau nyamuk malaria.
c) Tindakan dan Pengobatan
Memutuskan
mata rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling lemah dalam arti:
tepat, mudah dan murah. Mata rantai tersebut adalah penderita dari nyamuk
malaria. Semua penderita yang mempunyai tanda-tanda malaria diberi pengobatan
pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan penderitaan dan mencegah
penularan selama 10 hari. Penderita yang dinyatakan positif menderita malaria
setelah diuji dilaboratorium akan diberi pengobatan sempurna. Dan bagi
orang-orang yang akan masuk daerah endemis malaria seperti para calon
transmigran, perlu diberi obat pencegahan.
d)
Pencegan
Terhadap Penyakit Malaria
1.
Usahakan
pencegahan terhadap gigitan nyamuk dengan cara : tidur dengan kelambu, rumah
anti nyamuk dengan memakai kawat kasa, pemakaian obat nyamuk bakar, penyemprotan
ruang tidur dengan semprotan nyamuk.
2.
Usahakan
pengobatan pencegahan secara berkala, terutama didaerah endemis malaria dengan
obat dari puskesmas dari toko-toko obat seperti kina, chloroquine dan
sebagainya, dengan obat-obat tradisional seperti air dari daun johar, daun
kates dan meniran atau obat pahit yang lain.
3.
Kebersihan
lingkungan terhadap sarang nyamuk, seperti membersihkan ruang tidur,
semak-semak sekitar rumah, air tergenang
dan kandang-kaandang ternak.
7.
Penularan
Parasit berpindah dari hospes satu ke hospes lain secara
langsung atau melalui makanan dan air setelah berada diluar badan hospes. Kista
dapat bertahan terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan dan terhadap
zat pencernaan, menjadi stadium infektifnya, seperti pada ameba, flagelata,
ciliata. Pada protozoa tidak memiliki stadium kista, penularan melalui
trofozoit, seperti pada entamoeba gingivalis. Pada sporozoa usus stadium
infektifnya adalah ookista yang berisi sporozoit.
Pada banyak parasit darah dan jaringan yang hidup
bergantian dalam hospes vertebrata (manusia) dan hospes invertebrata
(serangga), penularan parasit terjadi melalui vektor. Misalnya, Plasmodium
ditularkan oleh nyamuk Anopheles dan vektor Trypanosoma adalah lalat Glossima.
Suhu dan kelembaban yang mempengaruhi pertumbuhan vektor
dan perkembangan parasit dalam tubuh vektor, merupakan faktor penting dalam
penularan penyakit parasitik oleh vektor.
8.
Patologi dan
Gejala Klinis
Protozoa patogen dapat merugikan hospes dengan cara
berkembangbiak, menyerang, merusak sel, serta dengan pengaruh toksin dan
enzimnya. Gejala umum sistemik seperti demam, splenomegali dan limfadenopati
sering dijumpai. Stadium pertama infeksi mungkin akut dan mematikan, atau dapat
berkembang menjadi stadium laten yang menahun, yang kadang-kadang diselingi
dengan kambuhnya gejala. Sebaliknya, infeksi sejak awal berjalan suplimis
dengan atau tanpa serangan gejala yang terjadi sewaktu-waktu.
9.
Diagnosis
Diagnosis ditetapkan dengan pemeriksaan laboratorium
untuk menemukan parasit dalam bahan saluran intestinum (amebiasis), dari darah
dan jaringan (malaria, trypanosomiasis). Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cara sediaan apus langsung, konsentrasi, pembiakan dan inokulasi pada binatang
percobaan dan dengan tes serologi (toksoplasmosis). Dapat pula dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk
deteksi DNA atau RNA Parasit.
Klasifikasi Protozoa Berdasarkan Alat Gerak :
Protozoa dibagi menjadi 4 kelas, yaitu :
1.
Rhizopoda
(rhiz = akar, podium = kaki)
Ciri-ciri Rhizopoda atau Sarcodina:
a)
Hidup
sebagai parasit.
b)
Memiliki
satu atau dua pseudopodia, sebagian besar hidupnya amoeboid.
c)
Reproduksi
seksual degan gamet-gamet berflagel ataupun amoeboid.
d)
Tidak
membentuk spora dan tidak melakukan konjugasi.
e)
Rhizopoda
yang paling mudah diamati adalah amuba. Bentuk badan amuba berubah-ubah dan
berhabitat di air tawar.
f)
Terdiri
dari 5 ordo yaitu: Lobosa, Proteomyxa,
Foraminifera, Heliozoa, dan Radiolaria.
2.
Mastigophora
= flagellata (mastix = cambuk, phoros = mengandung)
Kelas
bergerak dengan bantuan flagella (cambuk getar) di ujung sel. Sebagian besar
hidup bebas dan adapula sebagai parasit pada manusia dan hewan, atau saprofit
pada organisme mati. Kelas ini terdiri dari dua subkelas yaitu Phytomastigina
dan Zoomastigina.
A. Phytomastigina
Flagellata
yang dapat melakukan fotosintesis karena memiliki kromotafora. Phytomastigina
mencerna makanan dengan berbagai cara, menelan lalu mencerna makanannya di
dalam tubuhnya (holozoik), membuat sendiri makanannya (holofitrik), atau
mencerna makanan dari organisme yang sudah mati (saprofitik). Habitat
Phytomastigina adalah diperairan bersih dan perairan kotor.
a) Struktur Tubuh
Tubuhnya
diselubungi oleh membran selulosa dan juga memiliki lapisan pelikel. Pelikel
adalah lapisan luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein.
b) Reproduksi
Cara
reproduksi ada dua, yaitu secara konjugasi dan secara aseksual dengan mebelah
diri.
c)
Klasifikasi:
Dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
1.
Euglenoida
Tubuhnya menyerupai gelendong dan diselimuti oleh
pelikel.
2.
Dinoflagellata
Contoh Dinoflagellata antara lain Nocticula miliaris, cretium,dan gymnodinium. Nocticula miliaris kebanyakan hidup di air laut.
3.
Volvocida
Bentuk tubuh bulat, contohnya Volvox globator. Ciri-ciri Volvox : Bersel satu dan memiliki dua
flagel, Setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas.
B.
Zoomastigina
Flagellata
yang tidak berkloroplas dan menyerupai hewan. Ada yang hidup bebas tetapi
umumnya bersifat parasit.
a)
Struktur
Tubuh
Bentuk tubuh mirip dengan sel leher porifera. Mempunyai
flagella yang berfungsi untuk menghasilkan aliran air dengan menggoyangkan
flagella, selain itu flagella juga berfungsi sebagai alat gerak.
b)
Reproduksi
Secara seksual dengan membelah biner secara longitudinal,
sedangkan reproduksi seksual belum banyak diketahui.
Contoh : Trypanosoma, Leishmania.
3.
Ciliophora
= ciliata
Kelas
ini disebut infusoria karena organisme ini pertama kali ditemukan pada saat zoolog
meneliti air tuangan dari jerami, sehingga disebut hewan tuangan atau
infusoria. Bergerak dengan rambut-rambut yang sangat kecil (silia). Contohnya,Paramecium caudatum
A. Struktur
Tubuh Ciliata
a)
Pada
umumnya bentuk cilliata berbentuk simetris kecuali Cilliata primitif,
simetrinya radial.
b)
Tubuhnya
diperkuat oleh perikel, yaitu lapisan luar yang disusun oleh sitoplasma padat.
c)
Tubuhnya
dipenuhi oleh silia, yang menyelubungi seluruh tubuh utama disebut silia
somatik.
d)
Cilliata
mempunyai dua tipe intisel yaitu makronukleus dan mikronukleus.
B.
Nutrisi dan Cara Makan
Cilliata
memiliki mulut atau sitosom yang terbuka menjadi saluran pendek. Di Sitofaring
pada hewan primitif mulut terletak di ujung interior tetapi pada kebanyakan
Cilliata, bagian tersebut diganti oleh bagian posterior. Terdapat dua macam
mulut pada Cilliata, yaitu:
a)
Mulut
membran berombak atau membran yang bergerak
b)
Merupakan
Cilliata yang menyatu dalam barisan panjang.
c)
Membran
yang berupa barisan pendek dari silia yang bersatu membentuk piringan.
Fungsi
Cilliata pada mulut adalah untuk menghasilkan makanan dan mendorong partikel
makanan menuju sitofaring.
4.
Sporozoa
Ciri-ciri Sporozoa:
a)
Hidup
sebagai parasit
b)
Tubuhnya
sederhana dengan bentuk bulat panjang dengan sebuah nucleus
c)
Tidak
mempunyai alat gerak
d)
Beberapa
spesies bergerak dengan mengubah bentuk sel
e)
Memperoleh
makanan dengan cara menyerap dari hospes secara saprozoik
f)
Spesies
yang paling banyak dikenal sebagai dari genus Plasmodium
A. Struktur
Tubuh
a)
Tubuh
berbentuk bulat panjang.
b)
Ukuran
tubuhnya kecil, di dalam usus manusia atau hewan mencapai 10mm.
c)
Tubuh
dari kumpulan tropozoid yang berbetuk memanjang di bagian anterior dan sebagian
terdapat kait pengikat atau filament sederhana untuk melekatkan diri pada
inang.
B. Reproduksi
Reproduksi secara aseksual dengan spizogoni, yaitu
pembelahan diri yang berlangsung di dalam tubuh inang tetap, dan sporogoni
yaitu pembentukan spora yang terjadi pada inang sementara (hospes intermediet).
Produksi secara seksual melalui persatuan gamet (mikro gamet = gamet jantan dan
makro gamet = gamet betina) yang berlangsung di dalam tubuh nyamuk.
DAFTAR
PUSTAKA
Irianto, Kus. 2009. Parasitologi
Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. CV. YRAMA WIDYA : Bandung.
Staf Pengajar
Departemen Parasitologi FKUI. 2008. PARASITOLOGI
KEDOKTERAN Edisi 4. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Werner, David.dkk.
2010. Apa yang Anda kerjakan bila tidak
ada Dokter
[Where
There is No Doctor]. Yayasan Essentia Medica
(YEM) : Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar